Minggu, 16 Oktober 2016

India Sebut Negara Tetangganya 'Ibu dari Terorisme'



Pernyataan tersebut dikeluarkan Narendra Modi di sela-sela pertemuan BRICS (Brasil, Rusia, India, China, Afrika Selatan) yang terdiri dari Presiden Brasil Michel Temer, Presiden Rusia Vladimir Putin, Presiden China Xi Jinping, dan Presiden Afrika Selatan Jacob Zuma di Goa, India. 

Perdana Menteri India Narendra Modi kembali melancarkan provokasi terhadap Pakistan. Pria berusia 66 tahun itu meminta pemimpin negara-negara berkembang untuk berdiri bersama melawan Pakistan yang disebutnya sebagai ibu dari terorisme.  “Pola pikir seperti itu yang kami kecam dengan keras. Karena itu, BRICS harus berdiri dan bertindak bersama-sama melawan pola pikir tersebut. BRICS harus satu suara dalam melawan ancaman tersebut,”

“Kami mengecam keras terorisme dalam segala bentuk dan manifestasinya serta menegaskan tidak ada pembenaran terhadap segala bentuk terorisme, entah itu berdasarkan ideologi, agama, politik, rasial, etnik, dan alasan lainnya,” bunyi Deklarasi Goa. 

“Tragisnya ibu dari terorisme adalah negara tetangga India, yakni Pakistan. Modul terorisme di seluruh dunia berasal dari sana. Pakistan tidak hanya melindungi teroris, mereka mengembangkan pola pikir (mindset) yang mengklaim terorisme adalah pembenaran untuk kepentingan politik,” ujar Modi, seperti dimuat The Guardian, Senin (17/10/2016).

Salah satu anggota BRICS, China, diketahui sebagai sekutu dekat Pakistan. Negeri Tirai Bambu sebelumnya telah berkomitmen untuk berinvestasi dalam proyek infrastruktur senilai USD46 miliar (setara Rp600 ribu triliun) di Pakistan.

sambung politikus Partai Bharatiya Janata itu. Pemerintahan Narendra Modi semakin menegaskan pendirian mereka terhadap Pakistan usai serangan ke Pangkalan Militer di Uri yang menewaskan 19 tentara. India menuduh kelompok jihad asal Pakistan sebagai pelaku serangan tersebut. Hasil pertemuan BRICS tersebut menghasilkan Deklarasi Goa. 





China-Filipina Sengketa Wilayah, Duterte Kunjungi Tiongkok | PT. Rifan Financindo Berjangka Cabang Solo


"Kita akan berpegang pada keputusan yang telah ditetapkan pengadilan arbitrase internasional. Saya tidak bisa melampaui batas dari keputusan ini.  Seperti dikutip situs Philstar, Senin 17 Oktober 2016, kedatangan mantan Wali kota Davao ke negeri Tirai Bambu akan membahas isu sengketa di Laut China Selatan, selain investasi dan perdagangan.

"Ini adalah kunjungan pertama Presiden Filipina ke Beijing sejak tahun 2011. Kami ingin memastikan kembali komitmen untuk meraih tujuan bersama bagi negara dan masyarakat," kata presiden berusia 71 tahun itu.

Presiden Filipina, Rodrigo Roa Duterte, dijadwalkan menunaikan kunjungan resmi ke China pekan ini. Dalam kunjungannya, Duterte direncanakan akan bertemu tiga petinggi negeri itu, yakni Presiden Xi Jinping, Perdana Menteri Li Keqiang, serta Ketua Kongres Nasional Rakyat Zhang Dejiang.

Pada 12 Juli 2016, pengadilan arbitrase internasional di Den Haag, Belanda, memutuskan bahwa sembilan garis putus-putus atau Nine Dashed Line, yang diklaim China mencakup 90 persen Laut China Selatan adalah tidak sah.

Pengadilan lalu memutuskan bahwa Filipina memiliki hak berdaulat atas Panganiban Reef, Ayungin Shoal, Recto Bank, serta wilayah Palawan, yang berada dalam sembilan garis putus-putus tersebut.
Selain China dan Filipina, sejumlah negara pesisir laut kaya minyak ini yang ikut mengklaim antara lain Vietnam, Malaysia, Brunei Darussalam, dan Taiwan.

Menurutnya, klaim kedaulatan di Laut China Selatan adalah sesuatu yang tidak bisa ditawar-tawar. Dengan begitu, dirinya akan memperbaharui hubungan persahabatan kedua negara melalui kunjungannya kali ini.

Menyerahkan klaim maritim Filipina (ke China) sama artinya pemakzulan (kudeta) bagi saya. Jadi, salah satu cara yang kita lakukan adalah berdialog dengan China untuk membahas batas wilayah dan zona ekonomi," kata Duterte.





Topeng Presiden Rodrigo Duterte Ini Sedang Populer di Filipina | PT. Rifan Financindo Berjangka Cabang Solo


Sebagaimana dilansir Reuters, Jumat (14/10/2016), menyebutkan seorang profesor seni Filipina memperoleh keuntungan besar dari popularitas Rodrigo Duterte dengan membuat topeng sang Presiden Filipina. Perayaan identik dengan kostum dan topeng ini akan penuh dengan sosok Presiden Rodrigo Duterte.

John Tan mengatakan topeng Dutertenya terjual lebih cepat dari topeng-topeng Halloween laris yang pernah dijualnya, yaitu topeng petinju Filipina Manny Pacquiao dan topeng karakter Game of Thrones Tyrion Lannister, lapor Reuters.

"Melihat popularitas presiden, tidak masalah jika Anda mendukung atau menentang dia, dia populer dan Anda tidak bisa tidak bicara tentang dia," kata Tan, yang juga pendukung Duterte, kepada Reuters.  Bisa jadi, akan ada yang berbeda pada perayaan Halloween di Filipina yang jatuh 31 Oktober mendatang.

Namun Duterte menuai kecaman dari Perserikatan Bangsa Bangsa dan Amerika Serikat karena meluncurkan perang melawan narkoba yang telah menewaskan hampir 2.300 orang. Jajak pendapat menunjukkan Duterte tetap sangat populer sejak ia dilantik pada 30 Juni.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar