Senin, 17 Oktober 2016

Amerika Bersiap Membalas Serangan Cyber Rusia?




Di AS, tugas memata-matai secara digital (cyber espionage) dipercayakan kepada National Security Agency (NSA), sementara CIA alias Central Intelligence Agency melakukan operasi-operasi intelejen rahasia dan memiliki kemampuan cyber sendiri.

Wakil Presiden AS, Joe Biden, minggu lalu membenarkan bahwa pemerintah AS sedang berencana "mengirim pesan" ke pemerintah Rusia soal peretasan dokumen pemilu yang dilakukan para hacker negeri tersebut. Tak terima urusan dalam negerinya dicampuri oleh hacker rusia, pemerintahan Presiden Obama kabarnya sedang mempertimbangkan untuk melakukan serangan balasan.

Keputusan untuk melancarkan serangan cyber balasan ini -atau malah membatalkannya- berada di tangan Presiden Obama.  "Dia (Putin) akan tahu pesan itu," ujar Biden. "Kami punya kapasitas untuk melakukannya, pada waktu yang kami kehendaki dan dalam situasi yang paling memberikan dampak," tambah dia.

Tidak dijabarkan seperti apa persisnya serangan cyber yang direncanakan itu, namun CIA diduga telah mengumpulkan dokumen yang bisa dipakai memojokkan Presiden Rusia Vladimir Putin. CIA pernah memakai internet untuk menekan presiden Serbia Slobodan Milosevic pada 1999, juga memecah belah pimpinan Irak pada 2003 agar menjauhi Presiden Saddam Hussein. Pertengahan tahun ini, hacker Rusia mencuri arsip e-mail tentang pemilu presiden Amerika Serikat dari Democratic National Committee yang kemudian dipublikasikan oleh Wikileaks.

Keterangan sumber yang dirangkum KompasTekno dari NBC News, Senin (17/10/2016) menyebutkan bahwa dinas intelijen CIA telah ditugasi menyusun rencana serangan cyber yang dirancang untuk "mengganggu" dan "mempermalukan" pemerintah Rusia. Saat ini pihak-pihak terkait di pemerintahan AS disinyalir masih terbelah soal perlu atau tidaknya serangan dimaksud. Sebagian pihak lebih suka memakai respon tradisional, seperti memberikan sanksi, ketimbang melancarkan serangan cyber balasan.





Hacker Rusia Bakal Serang Pilpres AS? | PT. Rifan Financindo Berjangka Cabang Palembang


Kewenangan ini untuk memberikan lampu hijau dan telah mendapat restu dari presiden untuk melakukan operasi guna mengantisipasi serangan cyber sewaktu-waktu yang dapat merusak momen pemilihan presiden. Sementara beberapa petugas CIA disebutkan dalam laporan mengklaim bahwa Gedung Putih telah bekerja sama dengan CIA pada kesempatan di masa lalu untuk mempertimbangkan pilihan yang sama dalam sistem pemerintah. 

Jelang pilpres Amerika Serikat (AS) Ke-58 yang jatuh pada 8 November 2016, Central Intelligence Agency (CIA) menuding Rusia akan meluncurkan serangan cyber untuk merusak pemilihan presiden mendatang. Informasi ini diungkap via Ubergizmo, Senin (17/10/2016), di mana sebuah laporan baru mengklaim bahwa mereka memiliki rencana untuk membalas serangan dengan cara yang sama.

Kini CIA dikabarkan sedang mempersiapkan antisipasi atas serangan cyber terhadap Rusia. Sementara NBC News melaporkan, beberapa sumber di Gedung Putih telah meminta CIA untuk datang menjaga rahasia. Kegiatan operasi telah dipilih dan menyebutkan bahwa badan intelijen sudah mengantongi dokumen yang mencurigai bahwa presiden Rusia Vladimir Putin memiliki 'taktik buruk'. 





CIA Rencanakan Serangan Siber Balasan ke Rusia? | PT. Rifan Financindo Berjangka Cabang Palembang



Sumber yang dimaksud tak memberikan informasi yang spesifik mengenai opsi-opsi tersebut. Salah satu opsi mengindikasikan CIA telah memiliki dokumen rahasia mengenai taktik buruk presiden Rusia, Vladimir Putin yang siap dibeberkan ke publik.

Beberapa petugas CIA yang disebutkan di dalam laporan mengklaim, di masa lalu Gedung Putih telah bekerja sama dengan CIA untuk mempertimbangkan pilihan serupa. Lantaran berbagai alasan, pemerintah AS menghentikan opsi tersebut. Meski begitu, belum diketahui aksi serangan seperti apa yang akan dilakukan lantaran tak disebutkan langsung kepada media. 

Baru-baru ini Amerika Serikat (AS) menuding Rusia melakukan serangan siber terkait dengan isu pemilihan presiden AS. Sebagai dampaknya, sebuah laporan terbaru menyebut bahwa AS bakal balas dendam atas aksi tersebut.

Seperti diketahui, kewenangan untuk memberi izin operasi seperti ini ada di tangan presiden, sehingga ketika presiden AS memerintah, pasti serangan yang dimaksud akan dilakukan. Kemungkinan besar, Rusia pun telah mempersiapkan diri untuk serangan tersebut.

Menurut informasi NBC News dari berbagai sumber, pihak Gedung Putih telah memerintah CIA untuk memberi beberapa opsi serangan yang bisa dilakukan. Sebagaimana Tekno Liputan6.com kutip dari Ubergizmo, Selasa (18/10/2016), agensi intelijen AS, CIA dikabarkan sedang merencanakan sebuah serangan siber melawan Rusia.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar